Apa dampak hilangnya hewan-hewan pemakan buah dari hutan kita?
Apa dampak hilangnya hewan-hewan pemakan buah dari hutan kita?

Hylobates lar dan bayinya merupakan salah satu spesies pemakan buah dalam studi ini 
(foto ini diambil oleh Bernard Dupont pada tahun 2005 di Taman Nasional Khao Yai dan berada di bawah lisensi CC BY-SA)

Sebagian besar spesies kita yang terancam punah merupakan satwa liar yang dilindungi. Owa, gajah, rangkong, dan masih banyak lagi, diburu di hutan untuk dimakan dagingnya, dijual sebagai binatang peliharaan, atau dijual bagian tubuhnya. Hilangnya hewan-hewan ini dari hutan menimbulkan fenomena yang disebut dengan defaunasi, atau hutan yang kosong.

Hutan yang kosong berbahaya bagi hutan itu sendiri. Ketidakberadaan hewan-hewan pemakan buah menyebabkan biji-biji pohon sulit tersebar. Biji yang menyebar dalam jarak yang terlalu pendek dari pohon induknya akan menyebabkan komposisi spesies pohon dalam suatu hutan cenderung serupa. Jika terlalu banyak spesies yang sama berkumpul dalam satu area, mereka akan saling berkompetisi memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan dapat mengalami kesulitan untuk berkembang biak. 

Untuk memahami bagaimana keberadaan spesies-spesies pemakan buah memengaruhi kondisi suatu hutan, simulasi defaunasi dilakukan di plot hutan seluas 30 hektar di Taman Nasional Khao Yai, Thailand. Plot ini dipilih karena studi tentang hewan-hewan pemakan buah yang terancam punah dalam daftar merah IUCN di lokasi ini cukup lengkap. Sebagai contoh, dalam hutan ini tercatat keberadaan dan preferensi pakan dari owa bertangan putih (Hylobates lar) and gajah asia (Elephas maximus), kera ekor babi (Macaca leonina), beruang hitam asia (Ursus thibitanus), beruang madu (Helarctos malayana), rusa sambar (Rusa unicolor), rangkong papan (Buceros bicornis) dan rangkong coklat austen (Anorrhinus austeni).

Spesies-spesies pohon yang buahnya dikonsumsi oleh hewan-hewan tersebut dihitung massa karbonnya dan dibandingkan dengan spesies-spesies yang tidak dikonsumsi. Meskipun kepadatan kayu dari spesies yang bergantung kepada hewan pemakan buah tampak lebih tinggi, perbedaan nyata pada kayu dari pohon-pohon yang bergantung kepada spesies pemakan buah dengan yang tidak, secara umum tidak kentara.

Untuk mengetahui apakah massa karbon hutan akan terpengaruh jika spesies-spesies pemakan buah ini hilang, simulasi defaunasi dilakukan untuk memodelkan bagaimana massa karbon pohon (AGC, above-ground carbon) akan berubah dengan intensitas defaunasi yang berbeda (%intensity of defaunation). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam dua skenario defaunasi, ketika semua spesies hilang (all species extirpated) atau primata saja yang hilang (primates extirpated), massa karbon akan menurun sebanyak 1% ketika 40% spesies hilang dan sekitar 2,4% jika 100% spesies hilang.


Studi ini menunjukkan bahwa hilangnya spesies pemakan buah dapat menurunkan simpanan karbon suatu hutan. Meskipun simulasi matematis yang dilakukan memerlukan penyederhanaan begitu banyak hal, semisal kehadiran spesies tumbuhan yang penyerbukannya dibantu angin, perbedaan efektivitas penyebaran biji itu sendiri antarspesies, dan dinamika pergerakan spesies dalam ruang dan waktu yang berbeda, simulasi ini masih cukup representatif terhadap kondisi hutan asli. Dengan simulasi kontrol (control scenario) yang menunjukkan bahwa keberadaan spesies pemakan buah menjaga atau sedikit meningkatkan massa karbon hutan, penurunan massa karbon dalam skenario defaunasi dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk sungguh-sungguh mengetahui apakah hutan kita akan berkurang drastis ketika komunitas spesies pemakan buah terganggu, data empirik yang lebih lengkap tentu diperlukan. Namun, kita tentu tidak ingin sungguh menghilangkan spesies-spesies ini dari hutan, dan permodelan matematis sejauh ini cukup dapat diandalkan untuk melakukan prediksi. Skema untuk mengoptimalkan penyimpanan karbon di suatu hutan perlu mempertimbangkan interaksi antarspesies untuk menjaga keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem kita.

Ingin tahu lebih banyak tentang penelitian ini? Simak langsung papernya yang juga berisi tautan ke data mentah dan kode R yang digunakan penulisnya untuk melakukan simulasi ini.

Ringkasan oleh :
Sabhrina Gita Aninta

Artikel asli :

Chanthorn, W. et al. (2019) ‘Defaunation of large-bodied frugivores reduces carbon storage in a tropical forest of Southeast Asia, Scientific Reports, 9(1), pp. 1–9. doi: 10.1038/s41598-019-46399-y.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *